Humus Bambu, Media Tanam Organik yang Laris Manis
JENIS media tanam memang banyak. Tapi, perlu tahu mana yang cocok untuk setiap karakter tanaman hias. Dengan begitu, tanaman akan tumbuh dengan baik. Kecintaan Slamet Prihatin terhadap tanaman hias bermula ketika dia membeli Calathea pada 2018. Sayang, tanaman yang dikenal berdaun lonjong dengan corak rangkaian garis warna-warni tersebut tidak tumbuh subur. Saat itu, dia menanamnya hanya menggunakan sekam. â€Setiap punya mati, daunnya kering. Kok susah banget hidupnya,†ujarnya. Slamet lantas melanjutkan peruntungannya berburu tanaman-tanaman hias ke berbagai daerah di Jawa Tengah. Seperti Wonosobo, Magelang, dan Tawangmangu. Dari situ, dia memperhatikan bahwa setiap daerah memakai media tanam yang berbeda-beda. Hanya saja, setiap membeli Calathea dari Magelang, terdapat daun bambu di media tanamnya. Dari situ, Slamet iseng mencari daun bambu untuk kemudian dicacah. â€Itu kan di belakang rumah banyak. Dibungkus karung, lalu dicampur sama bahan lain seperti sekam, pupuk, tanah,†terangnya. Bapak dua anak tersebut mengakui, meracik media tanam butuh proses. Awal-awal masih asal campur macam-macam bahan. Alhasil, tanaman hias yang ditanam malah mati. Butuh proses setidaknya hampir 2 tahun untuk menemukan racikan humus bambu yang pas. Semula, humus bambu ditanami potongan batang kuping gajah (Anthurium crystallinum). Hasilnya, tanaman tersebut bertunas dan lambat laun tumbuh subur. Lantas, Slamet mencoba menanam Calathea di humus bambu. Hasilnya pun sesuai harapan. Humus bambu merupakan media tanam yang menyimpan air. Karena itu, sangat subur. Cocok untuk tanaman yang membutuhkan kelembapan tinggi. Seperti Calathea, Caladium, dan Begonia. â€Banyak customer menggunakan metan (media tanam, Red) humus bambu untuk ditanami Calathea. Dari situ akhirnya dinamai metan Calathea, bukan humus bambu,†ucap pria 28 tahun itu. Menurut Slamet, humus bambu kurang cocok jika ditanami tanaman hias yang memiliki daun dengan warna corak warna-warna cerah. Seperti aglaonema dan monstera variegata. Sebab, bisa membuat batangnya busuk akibat terlalu lembap. Untuk dua jenis tanaman hias itu, Slamet merekomendasikan untuk ditanam di media tanam aroid. Campurannya terdiri atas lebih dari 13 bahan. Sebab, media tanam tersebut bersifat poros, lembap, tapi tidak mengikat air. Jadi, bagus untuk tanaman yang tidak terlalu butuh banyak air. Perbedaan tersebut tidak lepas dari karakter setiap tanaman hias yang berbeda. Tentu, cara penanganan dan media tanamnya khas. â€Tanaman ini kan barang hidup,†imbuhnya. Di sisi lain, dua media tanam tersebut menjadi solusi bagi dua tipe penghobi tanaman. Bagi yang rajin menyiram tanaman, cocok menggunakan media tanam aroid. Namun, jika pemilik tanaman malas menyiram, humus bambu adalah pilihan yang tepat. â€Menurut saya, media tanam humus bambu itu untuk orang yang sibuk. Misalnya, baru sempat menyiram 3 hari sekali,†celetuk pemilik lapak Kebun Semarang itu. Sejak mulai menjual media tanam pada Agustus 2021, Slamet bisa menjual rata-rata 500 kg humus bambu per bulan. Per pak berisi 1 kg dihargai Rp 7 ribu. Sedangkan, media tanam aroid bisa laku terjual 20 kg per bulan. â€Mungkin karena harganya yang lebih mahal. Per 1 kg Rp 50 ribu,†ungkapnya. Sejak pandemi Covid-19, penjualan tanaman hias dan media tanam miliknya meningkat signifikan. Salah satunya dipengaruhi penerapan work from home (WFH) untuk perkantoran. â€Orang yang awalnya nggak suka (tanaman, Red), jadi ikut-ikutan beli tanaman,†tandasnya. (bbs/mhs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: